MotoBike - Banyak pemilik Kawasaki Ninja250 mendandani tunggangan sekadar untuk fashion alias gaya. Kaki-kaki kekar dan bodi tambun, tapi buat harian saja. Malah, tak jarang jadi pajangan rumah karena sayang motor. Konsep seperti ini tak masuk di benak Wara, pemilik Ninja 250 berkelir kuning stabilo ini.
Pria berusia paruh baya ini justru rela menghabiskan dana hingga ratusan juta agar Ninja 250-nya enak digeber sepanjang sirkuit Sentul. Tak hanya itu, motor ini harus enak dipakai turing jarak jauh. “Saya kemarin habis jatuh pas turing ke Palembang, tetapi sekarang motor sudah bagus lagi,” tuturnya.
Baginya, tak banyak gunanya memakai perangkat dan komponen racing aftermarket bila motor tak dipakai maksimal. “Upaya memaksimalkan tunggangan harus dengan riset dan trial & error,” urai Wara.
“Kita jadi tahu kemampuan motor yang sebenarnya,” jelas Tomi Bramudia yang kebagian meriset dan meracik mesin hingga kaki-kaki. Bisa dibilang ubahan sudah total. Dari mesin, kaki-kaki sampai bodi. Sepintas malah tak seperti Ninja 250 karena dimensi yang melar.
Misal pelek depan dan belakang sudah pakai copotan Yamaha R1 berukuran lebar 3,5 inci (depan) dan lebar 5 inci untuk belakang. Sokbreker depan juga mencomot moge Kawasaki ZX1000. Termasuk sokbreker belakang nitrogen buatan RPM yang fully adjustable.
Itu baru kaki-kaki. Body kit pakai kondom tangki, panel carbon fibre dan sepatbor carbon fibre. “Biar enggak kedodoran dengan pelek dan sok,” jelas Tomi. Fairing-nya sendiri ada ubahan pada bagian ventilasi udara dan kedok depan. Wara minta tambahan ram air di bawah lampu utama buat nyalurin udara segar ke arah mesin.
Padahal mesinnya sudah pakai oil cooler Nassert-Beet dan radiator besar. “Biar yakin kalau pendinginan mesin sudah optimal,” papar Wara yang sudah ‘kepala 5’ ini. Ini lantaran mesin sudah ‘full spec’ alias sudah stage-3. Piston pakai forged alloy keluaran JE (Amerika) yang membuat kapasitas menjadi 265 cc.
Ternyata, Wara memesan paket lengkap beserta camshaft 280° dan knalpot full system berbahan titanium dari Nassert-Beet. Sistem pasokan bahan bakar juga ganti dengan venturi 32 mm buatan JB-Power. “Basis-nya Keihin FCR yang diracik ulang oleh JB-Sport,” terang Tomi.
Pria berusia paruh baya ini justru rela menghabiskan dana hingga ratusan juta agar Ninja 250-nya enak digeber sepanjang sirkuit Sentul. Tak hanya itu, motor ini harus enak dipakai turing jarak jauh. “Saya kemarin habis jatuh pas turing ke Palembang, tetapi sekarang motor sudah bagus lagi,” tuturnya.
Baginya, tak banyak gunanya memakai perangkat dan komponen racing aftermarket bila motor tak dipakai maksimal. “Upaya memaksimalkan tunggangan harus dengan riset dan trial & error,” urai Wara.
“Kita jadi tahu kemampuan motor yang sebenarnya,” jelas Tomi Bramudia yang kebagian meriset dan meracik mesin hingga kaki-kaki. Bisa dibilang ubahan sudah total. Dari mesin, kaki-kaki sampai bodi. Sepintas malah tak seperti Ninja 250 karena dimensi yang melar.
Misal pelek depan dan belakang sudah pakai copotan Yamaha R1 berukuran lebar 3,5 inci (depan) dan lebar 5 inci untuk belakang. Sokbreker depan juga mencomot moge Kawasaki ZX1000. Termasuk sokbreker belakang nitrogen buatan RPM yang fully adjustable.
Itu baru kaki-kaki. Body kit pakai kondom tangki, panel carbon fibre dan sepatbor carbon fibre. “Biar enggak kedodoran dengan pelek dan sok,” jelas Tomi. Fairing-nya sendiri ada ubahan pada bagian ventilasi udara dan kedok depan. Wara minta tambahan ram air di bawah lampu utama buat nyalurin udara segar ke arah mesin.
Padahal mesinnya sudah pakai oil cooler Nassert-Beet dan radiator besar. “Biar yakin kalau pendinginan mesin sudah optimal,” papar Wara yang sudah ‘kepala 5’ ini. Ini lantaran mesin sudah ‘full spec’ alias sudah stage-3. Piston pakai forged alloy keluaran JE (Amerika) yang membuat kapasitas menjadi 265 cc.
Ternyata, Wara memesan paket lengkap beserta camshaft 280° dan knalpot full system berbahan titanium dari Nassert-Beet. Sistem pasokan bahan bakar juga ganti dengan venturi 32 mm buatan JB-Power. “Basis-nya Keihin FCR yang diracik ulang oleh JB-Sport,” terang Tomi.
Tak ketinggalan sistem pengapian ikut disesuaikan pakai CDI buatan BRT tipe Dual-Band dan koil Kawasaki EX500 yang bentuknya memanjang seperti lontong. Pernik pendukung juga diperhatikan dengan baik. Footpeg Nassert-Beet, spidometer Koso RX series hingga steering stabilizer fully adjustable menambah pede saat menggeber motor di mana pun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar